Sabtu, 16 April 2011

Barbie in Wild Fire

Hallo, namaku Willow, dan aku adalah Pelindung Hutan Ajaib.
Aku ingin bercerita tentang bayi naga yang bersin dan menghanguskan hutan kami….
Saat itu awal musim gugur di Hutan Ajaib. Hutan tampak meriah dan berwarna-warni. Satu demi satu daun-daun berguguran—merah, cokelat, dan kuning emas—bertumpuk dibelakang phon-pohon dan sepanjang jalan setapak.
Sepanjang hari binatang-binatang sibuk mengumoulkan persediaan musim dingin mereka. Tak lama kemudian, setiap sarang, liang dan lubang pohon sudah penuh dengan kacang, biji-bijian, dan buah beri.
Suatu malam, williow dan teman-temannya duduk mengelilingi api unggun. Mereka saling bercerita sambil memanggang kastanye. Ketika malam semakin larut dan api telah padam, binatang-binatang itu pun terlelap di tempat tidur masing-masing.
Lama setelah burung bulbul berhenti bernyanyi, binatang-binatang itu terbangun lagi satu demi satu. Mereka terkejut mendengar dengusan dan bunyi hirupan aneh yang berasal jauh dari dalam hutan.
“Dengar pohon-pohon bernafas!” cicit bayi-bayi tupai.
“Atau beruang cokelat sakit kepala lagi,” kata musang.
“Tolong! Di hutan ada hantu,” seru Velvet si anak rusa.
“Kita harus membagunkan Willow.”
Olli si bayi burung hantu memberitahu Willow tentang bunyi aneh di hutan.
“Jangan khawatir,” Willow menenangkannya. “Yuk kita periksa bunyi apa itu. Ayo, Oli!, Velvet!”
deruman dan geraman terdengar semakin keras saat mereka masuk lebih jauh ke hutan. Tiba-tiba, percikan-percikan api menyembur dari mulut gua. Willow mengendap-endap mendekati gua dan langsung bertatapan dengan sepasang mata biru yang bersorot dalam kegelapan.
Oli dan Velvet segera berbalik dan kabur, tapi Willow tidak takut. Di mulut gua, ia melihat bayi naga mungil sendirian di hutan dan tampak ketakutan.
“Jangan khawatir, naga kecil,” Willow tertawa. “Aku akan merawatmu!”
Pelan-pelan tapi pasti, Willow membujuk si bayi naga supaya keluar dari gua.
Dalam waktu singkat naga itu sudah berteman dengan binatang-binatang hutan. Ia sering menghibur mereka dengan kepandaiannya bermain api. Ia bias meniupkan lingkaran-lingkaran api, atau menghilangkan di tengah kumpulan asap. Ia bias melontarkan lidah api kuning dan oranye ku udara, atau menyemburkan kembag api ke langit malam.
Semua bersorak dan bertepuk tangan untuk sang naga.
Tapi tiba-tiba, si bayi naga merasa hidungnya gatal.
“Hat chiiiii!!!!” ia bersin, membuat percikan api tersembur ke mana-mana.
Daun-daun dan rabting-ranting yang kering dan rapuh segera menyambar percikan api itu. Api mulai berkobar dab menimbulkan kebakaran. Mula-mula rumput terbakar, lalu semak-semak, kemudian pohon.
Tak lama kemudian, udara dipenuhi bau asap dan derak kobaran api. Angin bertiup, mengipasi kobaran api, sehingga seluruh hutan pun terbakar.
Betapa kacaunya keadaan saat itu! Burung-burung bertebangan dari sarang, induk-induk binatang dengan panic memanggil anak-anak mereka, dan semua berlari kesungai sementara api semakin menyebar. Mereka tak sempat membawa apa-apa, bahkan persediaan makanan pun tidak ada.
Willow harus berfikir cepat untuk menyelamatkan teman-temannya. Ia berseru pada Oli dan Velvet, dan ketiga sahabat itu berlari ke sungai, tempat ikan pelangi yang bijaksana tinggal. “Hutan kita hampir musnah terbakar!” seru Willow. “Apa yang dapat kami lakukan?”
“Kalian harus pergi, tentu saja, “ ikan pelangi memperingatkan. “Larilah jauh-jauh dan berharap hujan turun!”
Willow meniup terompetnya untuk memanggil raksasa penebang kayu. “Tolonglah kami. Kami harus meninggalkn hutan dan kami perlu perahu-perahu untuk mengangkut kami semua.”
Sang raksasa dengan senang hati membantu mereka, dan cepat-cepat membuat perahu dari batang-batang pohon yang tumpang. Binatang-binatang itu memanjat naik ke perahu dab berlayar jauh-jauh dari hutan ajaib.
Velvet mendapat tempat disalah satu perahu dan mengajak Willow naik. Oli terbang di dekat mereka.
“Tapi bagaimana dengan si naga?” Tanya Willow. “Kita harus menyelamatkan dia juga!”
Oli dan Velvet mulai protes. “Dia hanya merepotkan!” gerutu Velvet
“Dia mungkin akan menyebabkan kebakaran lagi!” timpal Oli
Tapi Willow tidak mau meninggalkan si naga.”Dia kan masih bayi,” Willow menggingatkan teman-temannya. “Dia tidajk sengaja menimbulkan kebakaran. Itu kecelakaan.”
Willow meniup terompetnya lagi dan memanggil si naga kecil. Naga itu segera bergabung dengan mereka, senang karena tidak dilupakan. Willow naik ke perahu dan mereka pun mulai berlayar.
Dari tempat yang aman, Willow dan teman-temannya mengawasi dengan sangat sedih saat hutan terbakar habis. Akhirnya api padam, dan keadaan sudah cukup aman bagi mereka untuk kembali ke hutan.
Tapi hutan ajaib ternyata telah berubah. Semua lenyap dilalap api termasuk persediaan makanan mereka yang berharga.
“Kita tak punya makanan. Semua tanaman ,mati!” ratap binatang-binatang itu. “Apa yang akan kita lakukan sekarang?”
“Sabarlah,” Willow menenangkan mereka. “Mari kita berharap hujan turun, seperti kata ikan pelangi. Belum terlambat kok.”
Tepat pad saat itu, Willow dan teman-temannya mendengar bunyi kepakan sayap yang sangat keras. Mereka mendongak ke langit. Seekor naga yang sangat besar terbang di atas mereka.
“Mama!” seru bayi naga dengan gembira, saat induknya mendarat di antara mereka.
“Anakku!” dendang mama naga. “Mama lihat api dari kejauhan, dan tiba-tiba mama tahu dimana mama haurs mencarimu setelah kau menghilang dari hutan! Setiap kali bersin, kau pasti menyebabkan kebakaran!” mama naga tertawa sambil memeluk bayinya.
Mama naga sangat senang Willow telah menjaga anaknya, walaupun bersinya nyaris menghancurkan hutan.
“Aku ingin berterima kasih karena telah mengurus bayiku. Apa yang paling kau inginkan di dunia ini, Willow sayang?” Tanya mama naga pada pelindung hutan ajaib.
Willow berfikir sejenak kemudian berseru, “Hujan!”
Si naga mengepak-ngepakkan sayapnya, begitu keras sehinggga menimbulkan Guntur dan kilat.
Hujan mulai turun.
Tiba-tiba, pucuk-pucuk rumput muncul di sana sini. Daun-daun tumbuh di pepohonan dan semak-semak. Kacang-kacangan serta biji-bijian yang sudah gosong dan terinjak-injak di tanah, merentak terbuka dan mengeluarkan tunas. Hutan ajaib mulai hijau dan lebatlagi seakan akan saat itu musim semi!
Si bayi naga melompat ke punggung induknya dan mereka pun terbang pergi. Willowdan teman-temannya melambai sanbil berseru, “Selamat jalan!” saat naga-naga itu lenyap dalam kepulan asap di kaki langit.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar